Powered By Blogger

Jumat, 25 Maret 2011

DAMPAK NEGATIF SAMPAH


 

Sohib Muda, Sampah yang kita hasilkan ternyata berdampak negatif terhadap manusia Dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan sebagai berikut :
1.     Dampak  terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah terjangkitnya penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum, penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2.     Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampaknya akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
3.     Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
4.     Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
Marilah mula sekarang Sohib Muda, buanglah sampah pada tempatnya. Jangan jadikan bumi kita tercinta sebagai tong sampah yang paling besar.

Rabu, 23 Februari 2011

Real Madrid

 
Info Tim

Berdiri: 1902

Alamat: C/ Concha Espina, 1 Spain

Telpon: (+34) 91 398 43 00 -

Ketua: Florentino Pérez

Direktur: Miguel Pardeza

Stadion: Santiago Bernabeu
Sejarah

Raksasa Pelaku Sejarah

Selama lebih satu abad Real Madrid tak sekadar membangun tradisi sebagai raksasa dengan banyak gelar juara dan rekor, tapi memberi kontribusi bagi pengembangan sepakbola Spanyol, Eropa, dan dunia.

Real Madrid mungkin klub dengan sejarah paling panjang. Mereka tak hanya sarat prestasi, tapi banyak melahirkan inovasi, dan peletak dasar industri sepakbola Eropa.

Tidak keliru jika FIFA menempatkannya sebagai klub paling sukses sepanjang abad ke-20, dengan 31 gelar Primera Liga Spanyol, 16 Piala Spanyol, sembilan gelar Piala dan Liga Champions, dan dua trofi Piala UEFA. Madrid adalah founding member FIFA, pendiri G-14 -- organisasi klub-klub terkemuka Eropa yang kini tukar nama menjadi Asosiasi Klub Eropa.

Selama lebih satu abad Real Madrid dikenal dengan dua nama lain; Los Merengues dan Los Blancos. Namun kedua julukan itu sempat hilang, ketika di tahun 1980-an wartawan Julio César Iglesias mempopulerkan nama La Quinta del Buitre. Lalu di masa kepemimpinan Florentinao Perez (2000-2006), Real Madrid dikenal dengan nama Los Galacticos.

La Quinta del Buitre mengacu pada sosok Emilio Butragueno yang tampil tak ubahnya burung pemakan bangkai, serta empat rekan yang menopangnya; Miguel Pardeza, Manuel Sanchiz Hontiyuelo, Michel, dan Martin Vasquez. Nama ini masih digunakan meski Pardeza meninggalkan klub, dan memperkuat Real Zaragoza tahun 1986. Awal 1990-an, julukan ini lenyap bersamaan dengan perginya Butragueno, Michel, dan Martin Vasaquez.

Julukan Los Galacticos mengacu pada bintang-bintang yang diboyong selama rejim Florentino Perez; Luis Figo, Roberto Carlos, Zinedine Zidane, Ronaldo, David Beckham, serta satu bintang lokal Raul Gonzales. Untuk semua itu, Perez berani melakukan tindakan kontroversial; salah satunya memboyong Figo dari Barcelona -- seteru abadinya -- dengan harga tertinggi. Tak berapa lama kemudian Madrid menggulingkan rekor pemain termahal Figo, ketika memboyong Zidane dari Juventus.

David Beckham diboyong untuk meningkatkan penjualan merchandise, dan mendongkrak brand nama Real Madrid. Sampai saat ini era Los Galasticos masih menjadi perdebatan; berhasil atau tidak. Yang pasti, sebelum Beckham datang, Galacticos masih bisa meraih satu gelar domestik dan trofi Liga Champions. Setelah itu selama tiga musim Madrid tidak memenangkan apa pun.

Sejarah singkat

Sebelum 1897, penduduk Madrid tak mengenal sepak bola. Olahraga ini diperkenalkan sejumlah profesor dan pelajar Institución Libre de Enseñanza, dengan mendirikan Football Club Sky tahun 1897, yang bermain setiap Minggu pagi di Moncloa.

Klub terpecah menjadi dua di tahun 1900; New Foot-Ball de Madrid dan Club Español de Madrid. Dua tahun kemudian Club Español de Madrid terpecah lagi, dan menghasikan pembentukan Madrid Football Club pada 6 Maret 1902.

Setelah tiga tahun berdiri, Madrid FC memenangkan gelar pertamanya dengan mengalahkan Athletic Bilbo di final Piala Spanyol. Klub ini pula yang menjadi pendiri Asosiasi Sepakbola Spanyol pada 4 Januari 1909. Saat itu klub dipimpin Adolfo Meléndez.

Tahun 1920, klub berganti nama menjadi Real Madrid. Adalah Raja Alfonso yang memberi nama <I>Real<I>, atau Royal<I>, kepada klub itu. Sembilan tahun kemudian liga sepakbola Spanyol pertama didirikan. Si Putih meraih gelar Primera Liga Spanyol pertama tahun 1931, tahun berikut meraihnya lagi, dan menjadi klub pertama yang dua kali berturutan meraih gelar liga.

Tahun 1945 Santiago Bernabeu Yeste menjadi presiden. Di bawah kepemimpinannya Stadion Santiago Bernabeu dan Ciudad Deportiva dibangun kembali, setelah rusak pada perang sipil. Tahun 1953, Bernabeu memperkenalkan strategi memboyong pemain berkelas dunia dari luar negeri. Salah satunya, dan yang paling terkenal, adalah Alfredo di Stéfano. Jadilan Real Madrid klub multinasional pertama di dunia.

Tahun 1955, terinspirasi tulisan Gabriel Hanot -- wartawan dan editor L'Equipe mengenai pembentukan Copa Latina, turnamen yang melibatkan klub-klub Prancis, Spanyol, Portugal, dan Italia -- Bernabeu bertemu Bedrignan dan Gusztáv Sebes di Hotel Ambassador di Paris, dan membentuk turnamen yang kini bernama Liga Champions.

Madrid mendominasi Piala Champions dengan meraih trofi itu tahun 1956 sampai 1960, dan berhak atas trofi original dan hak mengenakan simbol UEFA sebagai penghargaan. Tahun 1966, Madrid memenangkan Piala Champions kali keenam dengan mengalahkan FK Partizan 2-1 di final. Saat itu Madrid telah benar-benar menjadi tim dengan pemain dari berbagai kebangsaan, dan dijuluki Ye-Ye Team.

Ye-Ye berasal dari yeah, yeah, yeah, chorus lagu Beatles berjuluk She Loves You, karena sebelum laga empat anggota Real Madrid berpose dengan pakaian Beatles dan wigs di surat kabar Dario Marca. Generasi Ye-ye juga mencapai final Piala Champions 1962 dan 1964, tapi gagal menjuarainya.

El Derbi madrileño

Fans Real Madrid melihat Atletico Madrid sebagai viable rival. Meski didirikan tiga pelajar Basque di tahun 1903, Atletico Madrid populer karena didukung para pembelot dari Marid FC. Namun bukan itu yang membuat hubungan fans kedua tim tegang sepanjang massa. Pendukung Madrid berasal dari kelas menengah, fans Atletico kebanyakan dari kelas pekerja.

Keduanya bertemu kali pertama pada 21 February 1929. Madrid memenangkannya. Rivalitas keduanya menyita perhatian internasional ketika di tahun 1959 bertemu di semifinal Piala Champions. Madrid memenangkan leg pertama 2-1 di Bernabeu, tapi kalah 1-0 di Metropolitano. Laga diulang, dan Madrid menang 2-1.

El Clásico

Rivalitas Real Madrid dengan Barcelona merupakan produk ketegangan politik Castilians dan Catalan. Madrid adalah pusat pemerintahan dan keluarga kerajaan. Di era diktator Jenderal Franco, Madrid merepresentasikan kekuatan centripetal konservatif.

Di sisi lain, hampir semua ide modernisasi politik; republikanisme, feneralisme, anarkisme, sindikalisme, dan komunisme, diperkenalkan di Spanyol dan menguat di Barcelona. Fashion, filosofi, dan seni, masuk ke Spanyol lewat Barcelona, sebelum diterima seluruh negeri.

Rivalitas keduanya tidak hanya berlangsung di Primera Liga Spanyol, tapi juga di Eropa. Serta tidak hanya di dalam lapangan, tapi juga di semua aktivitas bisnis olahraga. Di tahun 2000, kepergian Luis Figo ke Real Madrid memicu kemarahan publik Katalan.

Stadion

Real Madrid beberapa kali pindah stadion. Mereka pernah bermain di Campo de O'Donnell selama enam tahun, sejak 1912. Lalu pindah ke Campo de Ciudad Lineal, yang hanya berkapasitas 8,000 penonton.

Pada 17 Mei 1923, Madrid pindah Estadio Chamartín, yang berkapasitas 22.500 penonton. Dua dekade kemudian, Santiago Bernabeu Yeste melihat Estadio Chamartín tak layak lagi. Sebuah stadion baru dibangun, dan diresmikan pada 14 Desember 1947. Stadion itulah yang saat ini dikenal sebagai Stadion Santiago Bernabeu.

Stadion semula mampu menampung 120 ribu penonton, tapi dimordenisasi dengan tidak boleh ada penonton berdiri, menjadi berkapasitas 80.354 kursi.

Pada 9 Mei 2006, Stadion Alfredo Di Stefano diresmikan. Di tempat inilah Madrid menjalani latihan. Stadion ini berkapasitas 5.000 penonton, dan fans hanya menyaksikan tim mereka berlatih.

Keuangan

Berbeda dengan kebanyakan klub-klub di Eropa, Madrid -- sejak berdiri hinga saat ini -- dimiliki dan dijalankan oleh socio, atau anggota kelompok fans.

Anggota socio membeli tiket musiman. Jumlah mereka mencapai 68.670, dan merekalah yang menjadikan Madrid sebagai klub yang mampu menarik penonton terbanyak. Pada musim 2004-2005, jumlah penonton meningkat menjadi rata-rata 71.900 per pertandingan.

Di bawah Florentino Perez, musim 2000-2006, Madrid menjalankan ambisinya menjadi klub terkaya di dunia. Perez menjual kamp latihan ke kota Madrid tahun 2001, dan melepas kepemilikan atas empat anak perusahaan; Repsol YPF, Mutua Automovilística de Madrid, Sacyr Vallehermoso dan OHL, untuk membayar utang dan membeli Luis Figo, Ronaldo, Zinedine Zidane, dan David Beckham, yang membuat mereka dijuluki Los Galacticos.

Usai musim 2004/2005, Madrid mengakhiri status Manchester United sebagai klub berpenghasilan tertinggi di dunia selama delapan tahun. Penghasilan Madrid naik 17 persen menjadi £190m, berkat keberhasilan mengeksploitasi pasar Asia. Setelah era Perez berakhir, Madrid kembali berada di bawah MU.

Statistik dan Rekor

Manuel Sanchís Hontiyuelo masih memegang rekor tampil dengan 721 kali berlaga sebagai pemain inti antara 1983 sampai 2001. Forward Santillana di tempat kedua dengan 643 kali.

Iker Casillas paling banyak berada di bawa mistar Madrid, dengan 418 kali. Luis Figo menjadi pemain Madrid yang paling banyak memperkuat tim nasional, yaitu 127 kali mengenakan kostum Portugal.

Alfredo di Stéfano masih memegang rekor gol sepanjang masa, dengan 307 gol dalam 396 laga antara 1953 sampai 1964. Rekor gol Stefano di Eropa, 49 gol dari 58 pertandingan, bertahan sampai 2005. Adalah Raul Gonzales yang melewatinya di tahun 2005.

Di Stéfano juga memegang rekor klub sebagai pencetak gol terbanyak di liga, dengan 216. Raul Gonzales berpeluang melampauinya, karena saat ini sang kapten telah membuat 211 gol di liga, dan 304 di seluruh kompetisi.

Gol tercepat dalam sejarah klub dibuat Ronaldo. Striker asal Brasil itu melakukannya ke gawang Atletico Madrid, 3 Desember 2003, dalam waktu 15 detik.

Resminya, penonton terbanyak di Santiago Bernabeu terjadi dalam laga Piala Raja 2006, yaitu 83.329. Namun saat ini kapasitas stadion Madrid hanya 80.354. Rata-rata penonton tertinggi dalam satu musim adalah 76.234, yang dibuat musim 2007/2008. Ini juga yang tertinggi di Eropa.

Madrid paling banyak meraih gelar domestik; yaitu 31, dan memegang rekor juara lima kali berturutan sepanjang musim 1960-1965. Madrid juga memegang rekor tak terkalahkan paling panjang di dunia, yaitu 121 kali sepanjang Februari 1957 sampai 7 Maret 1965.

Di Eropa, Si Putih memegang rekor juara Piala/Liga Champions dengan sembilan kali, dan paling banyak tampil di semifinal, yaitu 21 kali. Raul Gonzales masih menjadi topscorer Liga Champions dengan 64 gol.

Madrid paling banyak berpartisipasi di Liga Champions, dengan 15 kali berturutan sepanjang 1955/56 sampai 1969/70. Nilai transfer Zinedine Zidane dari Juventus ke Madrid tahun 2001, sebesar £45.8 million, masih belum terlampaui. Namun rekor penjualan pemain baru dibuat Madrid musim panas 2008, ketika melepas Robinho ke Manchester City dengan harga £32.5 million.

Asal Mula The Jak Vs Viking

 
Banyak yang tidak tahu dan bertanya, bagaimana sebenarnya permusuhan Viking dengan the jak bermula. Mengapa timbul rasa benci dalam benak masing-masing dari mereka. Hingga kini, keduanya masih saja berseteru. Bahkan semakin meruncing.

Penyebabnya sepele dan manusiawi, rasa iri. Iri hati dan sirik inilah yang membuat keduanya bermusuhan. Rentang waktu 1985 hingga 1995 adalah masa keemasan Persib. Sementara Viking yang berdiri tahun 1993 begitu setia mendukung klub kebanggaan warga Jawa Barat itu. Dimanapun Persib bermain, disana pasti ada Viking. Termasuk jika bermain di Jakarta. Semua menjadi lautan biru.

Inilah yang membuat anak muda ibukota iri. Selain kejayaan Persib kala itu, kesetiaan Viking membuat hati mereka panas. Saat itu muda-mudi betawi baru mampu membentuk kolompok kecil bernama Persija Fans Club. Walaupun begitu, kebesarkepalaan mereka sudah sangat menjadi. Hingga terjadilah insiden di stadion Menteng. Saat Persija menjamu Maung Bandung pada Liga Indonesia ke-2. Viking membirukan Ibukota dengan sekitar 9000 anggotanya. Sementara Persija Fans Club hanya berjumlah tak lebih dari 1000 orang. Rupanya bocah-bocah betawi itu tak rela kandangnya dikuasai supporter kota lain. Mereka pun membuat ulah. Seakan lupa jumlah mereka tak lebih dari 10% anak-anak Bandung. Hingga akhirnya, mereka mendapatkan akibatnya. Dengan kuantitas yang hanya satu tribun VIP, lemparan batu diarahkan Viking pada lokasi mereka menonton. Dan itu dilakukan Viking di Jakarta. Hal yang tidak berani dilakukan bocah Jakarta di Kota Kembang.

Singkat cerita, pada tahun 1997, muda-mudi ibukota ikut-ikutan membentuk perkumpulan supporter. Mereka menamakannya the jakmania.

Kebodohan the jak terekspos keseluruh negeri ketika mereka tak berdaya menghadapi Viking dalam kuis Siapa Berani. Kuis yang menguji wawasan dan kemampuan berpikir. Itu merupakan edisi khusus kuis Siapa Berani, edisi supporter sepak bola. Menghadirkan Viking, the jak, Pasoepati (Solo), Aremania, dan ASI (Asosiasi Suporter Indonesia). Pemenangnya, Viking. Perwakilan Viking berhasil melewati babak bonus dan berhak atas uang tunai 10 juta rupiah.

Seperti biasanya, rasa iri dari the jak muncul. Malu dikalahkan di kotanya sendiri, ketua the jak saat itu, Ferry Indra Syarif memukul Ali, seorang Viker yang menjadi pemenang kuis. Sungguh perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang ketua. Ketuanya saja begitu, apalagi anak buahnya?

Kejadian itu terjadi di kantin Indosiar, ketika dilangsungkannya acara pemberian hadiah. Kontan keributan sempat terjadi, namun berhasil diatasi.

Kesirikan the jak tak sampai disitu. Mereka menghadang rombongan Viking dalam perjalanan pulang menuju Bandung, tepatnya di pintu tol Tomang. Anak-anak Bandung yang berjumlah 60 orang pulang dengan menggunakan dua mobil Mitsubishi Colt milik Indosiar dan satu mobil Dalmas milik kepolisian. Ketiga mobil ini dihadang sebuah Carry abu-abu. Dua lolos, namun nahas bagi salah satu Mitsubishi Colt yang ditumpangi para anggota Viking. Mobil itu terperangkap gerombolan the jak. Kontan, mobil dirusak, Viking disiksa, dan uang para pendukung pangeran biru itu pun dijarah. Termasuk handphone dan dompet mereka.

Tercatat sembilan anggota Viking mengalami luka-luka. Tiga diantaranya terluka parah. Namun sayang, pihak kepolisian lamban dalam menyelesaikan kasus ini. Termasuk dalam menangkap the jak yang merampok dan menganiaya anggota Viking Persib Club.

Hingga saat ini perseteruan kedua kelompok supporter itu masih terus berlanjut. Viking, yang bersahabat karib dengan klub penggemar sepak bola lainnya ( Bonek, Sakera, Blue Devil, The Lobster, Persikmania, Kampak FC,dll. ) tidak akan pernah berbesar kepala. Viking akan menjaga persahabatan itu sampai kapanpun. Persija pun iri dan ingin menggoyahkan persahabatan ini. Tapi Persija tidak berhasil. Sampai kapanpun kita akan satu...

Arti Viking

 
Melihat rangkaian sejarah perjalanan Viking Persib Club, maka para Vikers (anggotanya) akan selalu bercermin pada perjalanan Persib Bandung dalam mengarungi Samudra kompetisi sepakbola Indonesia, baik pada saat Kompetisi Perserikatan maupun pada saat Liga Indonesia. Berawal dari perjalanan prestasi “Sang Maung Bandung” yang begitu membanggakan dan menggetarkan dunia persepakbolaan Indonesia, khususnya pada dekade 1985 hingga dekade 1995, dimana Persib mampu memberikan suatu kebanggaan kepada para pencintanya, dengan tampil lima kali berturut-turut pada partai final Piala Presiden (Perserikatan kala itu), dan tiga kali diantaranya Persib berhasil tampil sebagai “Kampioen”, yang kemudian berlanjut dengan merebut gelar “Juara” untuk pertama kalinya pada kompetisi format baru, yaitu Liga Indonesia. “Totalitas” yang telah diberikan oleh Persib kepada para pencintanya, kemudian dijawab kembali dengan “Totalitas” oleh sekelompok Pendukung Fanatik Persib yang kala itu sering menempati Tribun Selatan Stadion Siliwangi. Tercetuslah ide untuk membentuk sebuah kelompok Bobotoh demi melestarikan dan menjaga kebesaran nama Persib, disamping untuk menyatukan aspirasi serta kesamaan rasa cinta kepada “Sang Idola” Persib Bandung.

Melalui beberapa kali pertemuan yang cukup alot dan memakan waktu, akhirnya terbentuklah sebuah kesepakatan bersama. Tepatnya pada Tanggal 17 Juli 1993, disebuah rumah dibahu jalan Kancra no. 34, diikrarkanlah sebuah kelompok Bobotoh dengan nama ….. VIKING PERSIB CLUB. Adapun pelopor dari pendiriannya antara lain ; Ayi Beutik, Heru Joko, Dodi “Pesa” Rokhdian, Hendra Bule, dan Aris Primat dengan dihadiri oleh beberapa Pioner Viking Persib Club lainnya, yang hingga kini masih tetap aktif dalam kepengurusan Viking Persib Club.

Nama VIKING diambil dari nama sebuah suku bangsa yang mendiami kawasan skandinavia di Eropa Utara. Suku bangsa tersebut dikenal dengan sifat yang keras, berani, gigih, solid, patriotis, berjiwa penakluk, pantang menyerah, serta senang menjelajah. Karakter dan semangat itulah yang mendasari “Pengadopsian” nama VIKING kedalam nama kelompok yang telah dibentuk.

Secara demonstratif, Viking Persib Club pertama kali mulai menunjukan eksistensinya pada Liga Indonesia I -- tahun 1993, yang digemborkan sebagai kompetisi semi professional pertama di Tanah Air kita. Slogan “PERSIB SANG PENAKLUK” begitu dominan terlihat pada salah satu atribut yang dipakai anggotanya.

Perjalanan waktu, kebersamaan, hubungan pertemanan, serta kesamaan rasa cinta yang telah terbina, pada akhirnya telah menjadikan Viking Persib Club sanggup bertahan hingga saat ini, bahkan semakin berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah nusantara.

Idealisme Viking Persib Club

Viking Persib Club adalah sebuah kelompok bukanlah organisasi atau fans club dengan segala aturan-aturan formal yang mengikatnya. Setiap anggota atau Vikers adalah bagian dari sebuah “Keluarga”, …. Dan layaknya sebuah Keluarga, keberagaman sifat dan tingkah laku yang berada didalamnya adalah merupakan sesuatu hal yang lumrah, dan Viking akan selalu berusaha untuk mengakomodir keberagaman tersebut.

Kelompok Suporter dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, karena didalamnya terdapat sekumpulan individu yang berinteraksi secara bersama-sama serta memiliki kesadaran keanggotaan yang didasarkan oleh kehendak dan prilaku yang disepakati. Seperti kebanyakan kelompok-kelompok Bobotoh lainnya yang turut terlahir sama seperti halnya Viking Persib Club, yaitu secara Grass Root (dari arus bawah), maka Viking Persib Club memiliki cara atau cirri khas dalam menyikapi setiap permasalahan anggotanya. Hubungan pertemanan dan kekeluargaan yang tulus, erat tanpa pamrih serta rasa persaudaraan yang tinggi menjadi modal yang kuat bagi VIKING untuk terus eksis selama beberapa dekade.

Keanggotaan Viking Persib Club yang semakin besar, jelas menuntut sebuah tanggung jawab serta pengaturan yang sedemikian rupa secara professional, agar dapat lebih terukur dari segi pendataan, keuangan, rutinitas maupun manajerial, yang tentu saja membawa dampak tanggung jawab yang sangat besar bagi kepengurusan Viking Persib Club. Namun tentu saja semua formalitas tersebut tidak akan menghilangkan warna, ciri khas serta karakter Viking Persib Club. “Viking tetaplah Viking! Dia harus bercirikan kedekatan yang tulus antar anggotanya dan berkarakter sebagai sebuah keluarga ataupun pertemanan”

Viking Persib Club murni lahir secara independen berdasarkan inisiatif dari para Bobotoh dari golongan grass root. Dalam pandangan Viking, supporter tidak hanya berperan sebagai “tukang sorak” saat menyaksikan dan mendukung kesebelasan kesayangannya, tetapi peran supporter harus lebih dari itu! Dia harus menjadi pembangkit semangat saat tim kesayangannya jatuh bangun menunaikan tugasnya dilapangan. Supporter juga harus menjadi kekuatan tambahan bagi para pemain dilapangan, …… intinya, supporter harus menjadi pemain ke-12! Dan VIKING ingin menjadi pemain ke-12 bagi PERSIB serta menjadi supporter yang selalu ada untuk PERSIB di dalam dan luar lapangan.

Pada saat ini, …… ketika sepakbola sudah menjadi industri, Peranan Bobotoh buat PERSIB pun menjadi berkembang tidak hanya sebagai objek pelengkap saja. Bobotoh seharusnya menjadi bagian dari prestasi dan keberhasilan yang dicapai oleh PERSIB. Berangkat dari sana, ….. Viking Persib Club pun mulai mengembangkan sayapnya dalam berbagai bentuk aktualisasi diri, mulai dari peningkatan pengkoordiniran massa dengan dibentuknya “distrik” di berbagai wilayah pada kantung-kantung Bobotoh, Penjualan Merchandise, pembuatan album kompilasi Persib, baksos, acara-acara yg bersifat positif, hingga tour organizer yang menyelenggarakan pemberangkatan rombongan Bobotoh ketika mendukung PERSIB apabila bermain tandang.

Kepemimpinan & Kepengurusan Viking Persib Club

Sejak awal berdirinya hingga saat ini, ….. Viking Persib Club diketuai oleh Heru Joko, dengan Panglima --- Ayi Beutik. Pertanyaan yang muncul, ……. Mengapa harus ada figur panglima? Jawabannya singkat saja, karena Bobotoh terikat secara emosional, dan mereka mengikatkan diri kepada PERSIB dan juga kepada sesama pendukung Persib. Kata Panglima disini adalah sosok “Ibu” dalam keluarga, pengasuh bagi anak-anaknya, sosok yang memimpin serta melindungi para anggota apabila terjadi sesuatu dilapangan. Sedangkan jabatan Ketua Umum yang disandang Heru Joko, adalah sebagai figure kharismatik yang memiliki fungsi politis keluar organisasi atau kelompok lain. Lain halnya dengan Yoedi Baduy yang menjabat sebagai Sekretaris Umum, ia mengelola dan mengkoordinir segala bentuk kegiatan secara administratif. Bisa dikatakan ketiganya adalah pemimpin atau leader Viking Persib Club, yang tentu saja ditopang oleh pentolan-pentolan Viking Persib Club yang lainnya, seperti ; Yana Ewok, Asep “Ucok”, Yana Bool (Mr. Y), Dadan Gareng, Boseng, Odoy, Pesa dan Hendra Bule.

Dan yang tak kalah pentingnya lagi, …… kontribusi Distrik-distrik Viking Persib Club yang saat ini sudah tersebar diberbagai wilayah, seolah menjadi elemen penting lainnya bagi pendobrak berkembangnya Viking Persib Club dewasa ini

Sejarah Persija

Data Club

Nama Klub : Persija Jakarta
Julukan : Macan Kemayoran
Berdiri : Jakarta, 28 November 1928
Alamat : Graha Wisata Gelanggang Olahraga Ragunan
Lt. 2 Pasar Minggu, Jaksel
Stadion : std. Gelora Bung Karno, Senayan & std. Lebak Bulus 
Kapasitas : 88.000 & 15.000
Suporter : The Jakmania

Persija adalah singkatan dari Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta, sebuah klub sepakbola profesional yang ebrbasis di Jakarta.
Saat ini, tim berjuluk Macan Kemayoran merupakan salah satu kontestan Superliga 2009/10. Kompetisi kasta tertinggi di pentas sepakbola nasional yang baru pertama kali digulirkan musim ini.

Didirikan pada tahun 1928, dengan cikal bakal bernama Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ), tim ini adalah merupakan salah satu klub yang ikut mendirikan persatuan sepakbola seluruh Indonesia (PSSI).

Hal itu ditandai dengan keikutsertaan wakil VIJ Mr Soekardi, dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta pada Sabtu 19 April 1930.
 
 
 
Sejarah Awal Terbentuknya Klub Persija Jakarta

Pada zaman Hindia Belanda, nama awal Persija adalah VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra). Pasca-Republik Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan, VIJ berganti nama menjadi Persija (Persatuan sepak bola Indonesia Jakarta). Pada saat itu, NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) sebagai organisasi tandingan PSSI masih ada. Di sisi lain, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) sebagai bond (perserikatan) tandingan Persija juga masih ada. Terlepas dari takdir atau bukan, seiring dengan berdaulatnya negara Indonesia, NIVU mau tidak mau harus bubar. Mungkin juga karena secara sosial politik sudah tidak kondusif (mendukung). Suasana tersebut akhirnya merembet ke anggotanya, antara lain VBO. Pada pertengahan tahun 1951, VBO mengadakan pertemuan untuk membubarkan diri (likuidasi) dan menganjurkan dirinya untuk bergabung dengan Persija. Dalam perkembangannya, VBO bergabung ke Persija. Dalam turnamen segitiga persahabatan, gabungan pemain bangsa Indonesia yang tergabung dalam Persija "baru" itu berhadapan dengan Belanda dan Tionghoa. Inilah hasilnya: Persija (Indonesia) vs Belanda 3-3 (29 Juni 1951), Belanda vs Tionghoa 4-3 (30 Juni 1951), dan Persija (Indonesia) vs Tionghoa 3-2 (1 Juli 1951). Semua pertandingan berlangsung di lapangan BVC Merdeka Selatan, Jakarta.
 
 
 
Persija

Sempat menjadi jawara di era Perserikatan, klub ini semakin bersinar di era sepakbola profesional, setelah mendapat dukungan dan perhatian yang besar dari Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso kala itu.

Sayang seiring dengan lengsernya pria yang akrab di sapa Bang Yos itu, maka kondisi keuangan Persija menjadi tidak jelas. Hal itu setelah dana Anggaran dan Pendapatan Belaja Daerah (APBD) DKI Jakarta yang selama ini menopang kehidupan tim, tak lagi bisa dinikmati.

Akibatnya Persija mengalami krisis finansial yang hingga saat ini masih terus dialami tim yang memiliki pendukung fanatik yang cukup besar bernama Jak Mania.
 
 
 
Suporter

PERSIJA memiliki suporter fanatik dan sangat militan The Jakmania. The Jakmania adalah salah satu supporter terbesar dan terbaik di Indonesia. The Jakmania juga mempunyai beberapa komunitas dibawahnya. Seperti Ultras Persija, Orang Oren (O2), Jak Kaskus, Tiger Boys, Orange Street Boys, Jak Angel, Jak Scooter, Jakventure, Jak Online, Jak On Air, Jak School, Jakampus, Jakantor, Onthel Oren, dll.

The Jakmania tidak hanya berada di daerah Jakarta saja. Tetapi diluar Jakarta pun sudah ada,seperti Jak Semarang, Jak Jogjakarta, Jak Karawang, Jak Depok, Jak Bogor, Jak Solo, bahkan Jak Surabaya ataupun Jak Bandung yang sebetulnya berada di daerah "lawan".
 
Kelompok suporter yang bercirikan warna orange ini pernah menjadi supporter terfavorit 2003 versi sepakbola award-ANTV dan supporter terbaik 2008 dalam Piala Indonesia.

Sejarah Inter Milan


Klub ini didirikan pada 9 Maret 1908 mengikuti pecahnya dari Klub Kriket dan Sepak bola Milan (Milan Criket and Football Club), yang sekarang lebih dikenal dengan nama AC Milan. Sebuah grup terdiri dari orang-orang Italia dan Swiss tidak terlalu suka akan dominasi orang-orang Inggris & Italia di AC Milan dan mereka memutuskan untuk memecahkan diri dari AC Milan. Nama Internazionale diambil dari keinginan pendiri-pendirinya untuk membuat satu klub yang terdiri dari banyak pemain dari negara-negara luar.
Klub ini memenangkan juaranya di tahun 1910 dan yang kedua di tahun 1920. Selama waktu perang, klub ini dipaksa untuk mengganti namanya menjadi Ambrosiana-Inter untuk menyesuaikan diri dengan kepemimpinan Benito Mussolini. Walaupun demikian, Inter masih tetap bisa memenangkan trofi ketiga mereka di tahun 1930. Mengikuti itu, trofi keempat dimenangkan di tahun 1938, Inter pertama kali memenangkan Copa Italia (Piala Italia) di tahun 1940 dan di tahun yang sama, mereka memenangkan trofi kelima mereka. Sejak tahun 1942 sampai sekarang, nama Ambrosiana-Inter tidak pernah dipakai lagi dan mereka memakai nama asli mereka, Internazionale Milano.
Setelah masa perang, Inter memenangi gelar Seri A lagi pada tahun 1953 dan yang ketujuh di tahun 1954. Setelah memenangi beberapa trofi ini, Inter memasuki masa keemasan mereka yang disebut La Grande Inter. Selama masa keemasan mereka, Inter memenangkan tiga trofi di tahun 1963, 1965, dan 1966. Pada waktu ini, Inter juga terkenal dengan kemenangan Piala Eropa dua kali berturut-turut. Di tahun 1963, Inter memenangkan trofi Piala Eropa mereka setelah mengalahkan klub terkenal Real Madrid. Musim selanjutnya, bermain di kandang mereka sendiri, Inter memenangkan trofi Piala Eropa untuk kedua kalinya setelah mengalahkan klub dari Portugal, Benfica.
Setelah masa keemasan di tahun 1960, Inter berhasil untuk memenangkan gelar mereka kesebelas kalinya di tahun 1971 dan kedua belas kalinya di tahun 1980. Pada tahun 1970 dan 1980, Inter juga memenangi dua trofi Piala Italia di tahun 1978 dan 1982. Inter berhasil meraih gelar scudetto mereka yg ke tigabelas kali pada tahun 1989 dan membutuhkan waktu yg sangat panjang hingga 17 tahun hingga mereka dapat memenanginya lagi pada tahun 2006, tetapi melalui cara yg lain dari biasa atau yg mereka sebut dengan "Scudetto of Honesty" (juara dari kejujuran), karena mereka tidak terbukti bersalah dalam skandal "calciopoli" yg ikut menyeret beberapa klub besar italia yg terbukti bersalah dan mendapat penalti pengurangan poin juga pencopotan gelar bagi juara sebelumnya. Baru pada tahun selanjutnya atau 2007 Inter berhasil menjadi juara bertahan, sekaligus menorehkan rekor dengan 17 kemenangan beruntun di kompetisi lokal.
Gelar ini membuat Inter dengan 15 kali juara di peringkat ketiga dalam jumlah gelar kompetisi Seri A, di bawah Juventus dengan 27 kali dan AC Milan dengan 17 kali. Biarpun begitu Inter adalah satu-satunya tim Seri A yg belum pernah terdegradasi terhitung dari sejak Seri A bergulir, karena itu di dalam lagu kebangsaan nya yg berjudul C'e solo l'Inter (hanya ada Inter satu-satunya) disebutkan bahwa Inter mempunyai gen Seri A dan tidak mengenal Seri lainnya.
Internazionale juga memenangi Piala UEFA mereka tiga kali. Pertama di musim 1990/1991 melawan AS Roma/ Di musim 1993/1994, Inter meraih gelar Piala UEFA dengan mengalahkan klub Austria Casino Salzburg. Di kemenangan Piala UEFA mereka untuk ketiga kalinya, Inter mengalahkan SS Lazio di Parc des Princes, Paris.

Sejarah Ac Milan



Pada 16 Desember 1899, Alfred Edwards dan Herbert Kilpin membentuk sebuah klub olahraga yang dinamai Milan Cricket and Football Club.
Saat itu, memang banyak pedagang Inggris yang membuat klub sepakbola di Italia karena euforia sepakbola di negerinya sendiri. Penamaannya sendiri merupakan pelafalan nama kota dalam bahasa Inggris, karena aslinya nama kota tersebut adalah Milano.
Edwards adalah seorang mantan wakil konsul Inggris di Milan, dan sangat populer di kota tersebut. Beliau adalah presiden klub pertama yang terpilih. Cricket dan sepak bola adalah dua jenis olahraga yang sangat berkembang pada waktu itu. Klub kricket dipegang oleh Edward Berra dan sepak bola dipegang oleh David Allison.
Rossoneri
Warna merah dan hitam dipilih sebagai warna kostum klub oleh David Allison. Dari warna itulah muncul julukan rossoneri (rosso = merah, nero = hitam). Warna ini dipilih karena dianggap mewakili semangat berapi-api dan tak takut menantang tim mana pun. Sementara, lambang klub diambil dari lambang kota Milano dengan singkatan ACM dan pada 1899 sebagai tahun berdirinya klub.
Tim pertama ditangani oleh pelatih Herbert Kilpin. Mereka menggunakan stadion San Siro. Penyebutan nama San Siro digunakan oleh suporter AC Milan, sementara sebutan Guiseppe Meazza digunakan oleh pendukung Intermilan, walaupun sebenarnya kedua stadion itu sama. Penggunaan nama Guiseppe Meazza oleh pendukung Intermilan karena itu adalah nama pemain bintang dari klub tersebut.
Pada 1900, mereka memenangkan trofi pertama yang bertajuk Medaglia del Re (Medali Raja). Kemudian, 1901, 1906, dan 1907 mereka memenangkan liga nasional. Mulai memasuki 1908, petinggi Milan (sebutan singkat nama klub) mempertimbangkan untuk pemakaian pemain asing. Hal tersebut yang memicu perpecahan. Beberapa pemain hengkang dari klub dan mendirikan FC Internazionale Milano atau yang dikenal sebagai Intermilan.
Pada 1916, Milan memenangkan piala nasional yang telah berganti nama menjadi Liga Italia. Namun, kemenangan mereka dibatalkan karena pecahnya Perang Dunia I. Pada 1919, tim ini berganti nama menjadi Milan Football Club. Setelah kemenangan pertama pada tahun itu, mereka tidak bisa melanjutkan kejayaannya, walaupun tetap bermain di Serie A.
Rezim Fasis
Pada 1939, rezim fasis menerapkan kebijakan italianisasi. Artinya, semua nama tempat, simbol, atau apa pun harus menggunakan bahasa Italia. Itulah sebabnya klub ini berganti nama menjadi Associazione Calcio Milano.
Setelah Perang Dunia II berakhir, rezim fasis runtuh, nama tersebut ditinggalkan. Awalan ‘Associazione Calcio’ tetap digunakan, sedangkan nama ‘Milan’ sebagai nama klub dikembalikan semula. Sejak itu, nama klub AC Milan tetap bertahan sampai sekarang.
Sampai saat ini, Milan merupakan salah satu klub tersukses di Italia, bahkan dunia. Klub ini telah memenangkan 17 kali juara Serie A (scudetto), 5 kali juara Coppa Italia, 5 kali Piala Super Italia, 7 kali trofi Liga Champions, 4 kali Piala Super Eropa, dan 3 kali Piala Interkontinental.